Jumat, 20 Desember 2013

Menulis Dengan Hati

Sebenarnya saya sendiri bukan orang yg ahli dalam dunia tulis-menulis,meski menulis sudah menjadi agenda wajib mingguan,artinya dalam satu minggu berjalannya waktu,saya setidaknya menghasilkan karya tulis,entah itu artikel,puisi atau apa kek,yg sebenarnya tak pantas dinilai bagus.
Ini cuma tulisan berbagi pengalaman sepele yg tidak bisa disepelekan.
Nah,pada suatu kesempatan diskusi dalam salah satu grup kepenulisan di facebook,saya penah iseng-iseng agak serius menulis status yg intinya saya minta diajari cara menulis cerpen yg baik juga indah.
Beberapa komentar terlontar,kebanyakan dari mereka anggota grup menganjurkan saya untuk menggunakan teori yg mereka tulis di kolom komentar ,teori cara menulis cerpen yg mudah "katanya",teori yg terlampau bosan saya membacanya,bagaimana tidak?,teori-teori yg disampaikan memang mudah,aku paham tanpa mampu mewujudkannya,teori-teori itu cukup membuatku jenuh.Saya sendiri punya buku 24 jam langsung bisa menulis cerpen,namun pada kenyataannya sampai 24 bulan lebih dari pembeliaan buku tersebut saya belum juga menghasilkan sebiji pun karya bergenre cerpen.
Saya tertarik pada satu komentar yg simpel,tidak panjang dan mudah dipahami,komentar dari siapa saya lupa,yg jelas dia sudah membukakan sedikit pengetahuan seputar menulis,kalau menulis cerpen tak melulu masalh teori,kadang di dunia ini ada sesuatu yg dilakukan tanpa perlu teori,namun tingkat keberhasilannya tidak jauh berbeda dengan menggunakan teori.
Lantas,Apa komentarnya!,"menulislah!!,tak usah kau pedulikan teori yg ribet,cukup dengan hati,menjiwai apa yg ditulis,menulislah!!".Saya tergugah akan komentarnya,benarkah! Batinku,setelah membaca komentarnya lalu saya membuka kembali lembaran-lembaran kertas buku binderku dan menelitinya kembali,mana yg saya tulis saat suasana hati biasa saja dan mana yg saya tulis saat suasana gundah gulana alias galau.
Hasilnya,tulisan yg ditulis saat galau,saya beri kesimpulan lebih enak dibaca daripada yg saat suasana hati biasa-biasa saja,tulisan galauku tidak kaku dan mengalir indah,lentur serta mudah dipahami,sedangkan pada tulisan sebaliknya justru sukar dipahami,terasa berputar-putar tak berujung.
Jadi untuk menulis apapun,selain peralatan yg perlu disiapkan ternyata butuh suasana hati yg galau,yg fokus.Karena orang galau tidak berpikir apa-apa kecuali apa yg membuatnya galau dan bagaimana cara menghilangkannya,bila anda hobby atau sering menulis,berterima kasihlah kepada apa saja yg membuatmu galau.
Orang yg dalam suasana hati biasa,alias tidak galau,biasanya berpikiran hambar seperti tak punya tujuan,yah,karena mereka merasa apa-apa yg membuatnya jadi seperti saat ini adlah tujuannya,saat tujuan sudah tercapai maka pikirannya akan bertambah,berbeda dengan orang galau yg tetap fokus.
Tulisanku ini termasuk tulisan orang dalam suasanan hati biasa saja,ditulis bukan karen kegalauan,melainkan hanya ingin berbagi pengalaman,maka harap maklum kalau tulisannya sulit dipahai,hambar,hampa,berantakan dan semacamnya.
Terima kasih buat orang yg pernah berkomentar dan meyakinkanku bahwa menulis harus pake hati biar lebih berperasaan dan menyentuh.

Tidak ada komentar: