Senin, 16 Desember 2013

Semut Dan Lebah

Seperti kita ketahui, bermacam-macam nama surah dalam Al-Quran. Ada yang diambil dari nama para Nabi, dari segolongan orang-orang -durhaka maupun taat-, bahkan ada nama surah yang diambil dari nama binatang, sebut saja semut (an-naml) dan lebah (an-nahl).

    Berbeda dengan al-kafirun & al-munafiqun yang dijadikan nama surah karena tercela, atau al-mu'minun, al-anbiya' serta nama-nama para Nabi yang terpuji, lalu bagaimana dengan semut & lebah? Terpuji atau tercela?

     Memang, ada sebagian orang yang melihat semut sebagai binatang yang rakus, hanya karena mereka mengumpulkan bahan makanan jauh lebih banyak dari panjang usia yang mungkin dijalaninya.

   Namun tahukah Anda (atau mereka) bahwa konon jika ada seekor semut berjalan berputar-putar atau zig-zag, maka artinya dia sedang mencari bahan makanan bagi kaumnya? Bila menemukan daging, gula atau obyek lainnya, dijamin dia takkan menghabiskan atau mengangkutnya sendirian. Ia akan berputar-putar sejenak guna mengukur serta menghitung berapa pasukan semut yang dibutuhkan. Pulang ke sarang ia akan berjalan lurus sambil mengeluarkan asam semut dari ekornya yang akan menjadi garis navigasi bagi para pekerja yang akan melaluinya dengan disiplin. Mereka tak bersuara, namun bekerja. Menimbun logistik untuk musim yang lebih panjang dari usia mereka -yang konon tak lebih dari setahun-, tetapi bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk kepentingan kaum dan bangsa.

     Jangan coba-coba menaburkan gula atau kue manis deka-dekat garis itu (kalau gak mau sakit hati sih), karena pasukan semut takkan terangsang oleh jebakan atau provokasi murahan itu. Ghayah dan ahdaf (tujuan dan sasaran) mereka jelas. Amal jama'i mereka kompak. Disiplin mereka tinggi. Entah dari mana datangnya dan bagaimana ia mengintai, seekor semut eksekutor telah siap dengan kepala dan taring yang besar untuk memenggal kepala semut yang tergoda mengambil makanan di luar garis navigasi. Betapa mahalnya harga yang harus dibayar akibat tindakan sebagian pasukan artileri yang ditempatkan Rasul shallaLLahu alaihi wasallam di bukit pada perang uhud itu. Mereka dipesan untuk jangan meninggalkan front tanpa komando, baik pasukan Muslim menang atau kalah. Tak pernah sepedih itu duka dan gundah Kanjeng Nabi shallaLLahu alaihi wasallam.

        Bila jenis serangga ada yang bersuara, itulah lebah. Mereka disuruh untuk memakan yang baik-baik dan memproduksi yang baik-baik yang sangat berguna bagi kesehatan dan penyembuhan.

     Mereka berdengung di sarang bagai pasukan mujahid Muslim di zaman RasuluLLah shallaLLahu alaihi wasallam, mendengungkan dzikir di malam hari setelah sepanjang siang dengan penuh semangat dan kesungguhan berjihad membela kebenaran.

     Mereka tidak suka mengganggu siapapun, namun jangan sekali-kali melempari sarang lebah, mereka akan datang full team membalas setiap agresor.

     Muslim yang belum 'bersengat' bekerja seperti semut, dan yang sudah 'bersengat' berjuang bagaikan lebah. "Perumpamaan seorang Muslim seperti lebah": tidak makan kecuali yang baik-baik dan indah seperti kembang-kembang, tidak menghasilkan kecuali yang baik dan bermanfaat seperti madu, tidak hinggap di tempat yang kotor, tidak mengganggu kecuali yang mengganggunya dan jika menyengat sengatannya pun bisa menjadi obat. waLLAHU A'lam.
Sumber: https://www.facebook.com/notes/muhammad-ali-imron/semut-lebah/10150656267322238

Tidak ada komentar: