Kamis, 16 Januari 2014

Tempe Kripik (18+)

Saat itu sore jam lima,aku baru saja menjadi santri di sebuah pesantren Tegal,kamarku,kamar 15 sedang ramai santri lama yg tengah mengobrol ngalor-ngidul,mengisi waktu senggang dari banyaknya kegiatan.
Sebagai santri baru aku ikut membaur bersama mereka,tujuannya supaya bisa saling mengenal,saat asyik-asyiknya ngobrol,salah seorang dari santri senior bergumam "wah,ngobrol asik begini kok garingan,ngga ada IN-nya (snack)".
"itu loh kang anyar suruh beli IN dipasar"timpal santri lainnya aku sudah merasa "kang anyar" yg dimaksud adalah aku,karena di majlis tersebut hanya aku lah santri baru yg ikut mengikuti majlis itu.
Tiba-tiba datang kang Tamsuri sambil tangan kanannya nggenggam sesuatu.
"namamu siapa kang?"tanyanya
"Fadhlusy Sya'ban"jawabku tegas
"aku Tamsuri anak jatinegara,kang sampean mau tak mintai tolong?"
"boleh"
menjadi santri baru memang begitu menyenangkan bila ada santri senior yg perhatian,kehadiranku terasa bukan untuk mempenuh-penuhi bilik saja.
"belikan tempik di toko pasar yg sebelah barat,yg menjaga cewe muda cantik kang"suruhnya sambil menyunggingkan senyum.
"tempik itu apa kang?"tanyaku polos
sambil menyodorkan uang lima ribu rupiah yg ada di genggamannya kang Tamsuri menjawab "tempe kripik".
Sontak santri lama lainnya senyam-senyum,begitu juga kang Tamsuri yg senyumanya dibarengi dengan mengelus-elus jenggotnya yg baru berapa biji.
Bergegas aku mengambil sandal,bersiap jalan menuju toko di dekat pasar,toko dimana tempik itu dijual.
Sesampainya di toko,,,,,
"Mbak,Beli!!"
teriakku,sebab tokonya sepi,penjaga toko mbak muda cantik entah sedang apa berada dibelakang toko yg juga rumahnya.
"beli apa dek!"
jawabnya,juga agak berteriak dari dalam rumah,kudengar langkah kai orang mengarah ke depan dari dalam rumah.
"beli tempik mbak"
"wah,tempiknya habis dek,belum belanja"kata mbaknya
tanpa pikir panjang,aku langsung pulang kepondok,mendengar penuturanku,semua santri yg menunggu kehadiranku tertawa terbahak-bahak.
Aku tak juga mengerti,mengapa mereka tertawa.
"Ban,Sya'ban.Tempik itu barangnya perempuan"
kata salah satu santri menjelaskan.
Dalam benakku,aku merasa malu pake banget,mereka,santri senior yg mengerjaiku masih berkumpul dikamarku bukan sedang menunggu "Tempik" namun sedang bercerita tentang kejadian barusan.
"Djancuk!!!" umpatku pelan-pelan diiringi gelak tawa kepuasaan santri-santri senior.

                                                                                 ###

Selang beberapa bulan,aku telah menjadi santri senior yg artinya sudah ada santri baru yg disebut junior.
Yang dulu mengerjaiku orang jatinegara sekarang giliranku yg mengerjai santri jatinegara yg lain,namanya Yusuf,anaknya polos meski secara umur dia lebih tua dariku,tapi bukan berarti dia tahu makna "Tempik".
Si Yusuf anak baru jadi santri itu pun ikut nimbrung dan sok akrab bersama kami,dengan basa-basi yg sama dengan cerita sebelumnya,aku menyuruh dia membeli tempik,berhubung waktu sudah malam dan toko dekat pasar yg dijaga mbak muda cantik telah tutup,maka tujuan pembelian aku alihkan ke Mang Kholil,penjual ketupat sayur dan gorengan yg sudah sepuh,Mang Kholil biasa berjualan di sekitar pondok menggunakan gerobak,manag kholil datang sore dan pulang dini hari.
"ini suf uangnya"
kata temanku rifqi yg punya uang saat itu sambil cengengesan menyodorkan uang tiga ribu.
Yusuf tanpa ba-bi-bu bergegas berjalan keluar kamar 15,tapi naas,sandalnya hilang di ghosob.sambil mencari-cari sandal Yusuf mendatangi segerombolan pengurus yg tengah asik ngobrol di dekat mushala,daripada mencari sandalnya yg tak kunjung ditemukan Yusuf bermaksud meminjam sandal pada pengurus pondok.
"kang,minjam sandalnya"
"oh ya,silakan,mau kemana kang?"
"mau beli tempik di mang kholil kang"
"tempik?"tanya pengurus heran.
"ya"
"siapa yg menyuruhmu?"
kali ini kang pengurus bertanya sambil memegng erat tangan Yusuf agar tidak nganclang pergi.
Yusuf yg berdomisili di komplek dan kamar yg berlainan dengan aku dkk menjawab
"kang-kang kamar 15"
"siapa namanya?"
"ngga kenal kang"
kang pengurus menjelaskan kalau Yusuf sedang di kerjai sama kang-kang kamar 15 dan menerangkan jati diri "Tempe kripik" yg sesungguhnya.
Uang dari Rifqi yg di inves untuk membeli Tempik disita pengurus sebagai barang bukti.
Yusuf kembali ke kamar 15 dan bercerita sampai uang tiga ribu itu disita.
Aku dan teman-teman panik dan bertambah panik kala pengeras suara berbunyi "ketua kamar 15 dimohon ke kantor"
sontak kami berpencar dan mencari tempat persembunyian masing-masing.
Ketua kamar 15 yg tidak tahu menahu pergi ke kantor dan mengira ada sesuatu sepele yg akan di sampaikan pengurus padanya.
Di kantor,ketua kamar 15,A.Fauzan di introgasi layaknya kriminal yg baru sajabertindak dan mendapat bonus ceramah gratis dari pengurus yg cukup lama.
Keluar kantor ponpes,sambil komat-kamit wiridan umpatan,sampai di kamar dia tambah emosional ketika melihat kamr 15 tak lagi berpenghuni,keesokannya semua anggota kamar mendapat secuil kemarahan pengurus yg ditularkan lewat ketua kamar.
Beruntung bagi kami tidak mendapat hukuman,hanya ketua kamar yg merasa teradili oleh peringatan pengurus apalagi sampai di introgasi dan ceramah panjang pengurus pondok.

Tidak ada komentar: