 |
| KH,M Arwani Amin Saat Bersama KH. Turaikhan Adjuri |
Kyai Arwani atau biasa di panggil
Mbah Arwani adalah Kyai yang terkenal dengan hafalan Qur'annya.
Pesantrennya yang diasuhnya "Yanbu'ul Qur'an" di Kudus menjadi salah
satu kiblat para hafidz- hafidzoh di Jawa Tengah.Suatu hari ketika
bepergian, di saat beliau turun dari bus di terminal Terboyo Semarang,
Mbah Arwani kecopetan. Entah sudah tahu atau memang pura-pura tidak
tahu, Mbah Arwani tidak perduli jika baru saja kecopetan.Santri
yang mendampingi dan tahu kejadian kecopetan terkejut, seketika itu pula
mereka pada mengejar pencopetnya."Copet...! Copet...!" teriaknya sambil
mengejar.Suasana menjadi gaduh, serabutan, karena orang lain ikutan
mengejar pencopet.Tapi sayang, pencopetnya terlalu lincah berlari dan
tampaknya cukup menguasai medan hingga gagal ditangkap.Para santri pada
kecewa dan marah- marah pada pencopet yang sudah raib itu.
Berani-beraninya si copet mengganggu sang Kyai, begitu kira-kira pikir
mereka. Copetnya pun keterlaluan, tidak lihat-lihat siapa yang akan
dijadikan korban. Dan tentu saja, pencopet tidak peduli hal itu.Mungkin
yang diingat oleh pencopet adalah uang, uang dan uang. Bagi copet, siapa
saja yang pegang uang, uang tetap bernilai uang.Yang juga tak kalah
mengherankan adalah Mbah Arwani, tidak perduli dengan apa yang barusan
terjadi. Seolah-olah tidak terjadi apa- apa pada dirinya. Tenang-tenang
saja, sibuk dengan dzikirnya.Sampai- sampai santrinya harus memberi tahu
bahwa Mbah Arwani baru saja kehilangan dompet disikat pencopet."Mbah,
Njenengan baru saja kecopetan!" kata santrinya memberitahu."Oh, ya?"
jawab Mbah Arwani santai."Benar, Mbah. Tapi kami gagal menangkapnya!
Keterlaluan betul pencopet itu!""Alhamdulillah. ... Sudahlah kalian
tidak perlu ribut ribut. Saya bersyukur, yang dicopet itu saya!""Apa
maksudnya Mbah Arwani ?""Syukur....syukur..... Alhamdulillah. Karena
saya yang dicopet, bukan saya yang jadi pencopetnya!"Tentu saja para
santri pada bengong mendengar jawaban Mbah Arwani."Kok bisa begitu
Kyai?""Sekarang apa jawab kalian jika aku tanya, lebih baik mana,
menjadi orang yang dicopet atau menjadi tukang copetnya?" tanya beliau
kemudian.Jawaban Kyai sungguh tak terbantahkan, masuk akal. Nuansa zuhud
dan kesufian mengiringi ucapan-ucapan Mbah Arwani. Para santri yang
menyertai beliau pada geleng-geleng kepala tanda paham dan takjub. Dan
para santripun mendapat pelajaran berharga yang belum pernah mereka
jumpai dalam teori.Rupanya, dalam musibahpun bisa timbul rasa syukur,
seperti yang sudah dicontohkan Mbah
Arwani.-------------------------------Cerita yang mampu membuat kita
tersenyum dan juga mendapat banyak hikmah di
dalamnya.Subhanallaah...Betapa bersyukur itu tidak hanya ketika kita
mendapatkan sesuatu. Namun, seperti yang telah dicontohkan Mbah Arwani
di atas bahwa bersyukur pun dapat dilakukan ketika kita kehilangan
sesuatu.
sobat inilah salah satu cerita guru kita yg orang lain sudah banyak tau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar