Jumat, 29 November 2013

Hakikat Berpakaian

Hakikat berpakaian yang Rosulullah ajarkan kepada umatnya sebenarnya bukan hanya sekedar bersurban dan berjubah,tapi lebih pada kebanggaan dan cinta pada tanah air dengan menguri-nguri budaya setempat yg tidak bertentangan dengan syariat islam,
"jadi cara berpakaian Nabi Muhammad,Abu Jahal dan Abu Lahab memiliki kesamaan dalam berpakaian,Lalu apakah ketika memakai Jubah dan surban itu cara islami?tentu saja tidak,sebab itulah hanya budaya di Arab yg memang selalu memakai jubah dan surban,bukan islami"Seperti yg dituturkan 'Ulama sekaligus budayawan ternama,KH.Musthofa Bisri,pada suatu kesempatan.
Adapun surban dan jubah diartikan sebagai simbol budaya yg berlaku dimana Rosulullah lahir dan dibesarkan,hal ini berlaku untuk semua aspek budaya,tidak hanya berpakaian,budaya arab yg lain pun banyak yg dilestarikan,sisanya ditumpas atau ditiadakan Rosullah karena bertentangan dengan syariat islam,seperti menyembah berhala dsb.
Pakaian luar,jubah misalnya,hanyalah pakaian lahir belaka,begitu juga budaya dari segi fisik.berjenggot panjang,berjalan tegak dst,yg terpenting dari pada diri seorang muslim adalah keimanan dan ketakwaanya pada Tuhan,ketaatan pada Rosul dan pemerintah yg benar-benar bersih.
Didunia banyak sekali budaya beserta perbedaan-perbedaanya merupakan aset berharga suatu daerah disamping kekayaan-kekayaan lain,budaya mencerminkan jatidiri daerah,maka pantas saja bila disebutkan cinta budaya setengah sangking kesempurnaan Iman.
Di Pesantren,gaya berpakaian atau Fashion Style punya ciri khas sendiri,santri identik dengan sarung dan baju takwanya,namun jangan salah menilai kalau santri kemana-mana pakai sarung terus,banyak juga santri yg terjangkit virus kemodernan dan menanggalkan sarung bila sudah jauh dari pesantren.
Apalagi Pesantren yg dikatakan modern,dengan Ke-modern-annya yg hakiki,serta ngga mau berbusana seperti santri salaf,itu cuma sebagian,santri modern bersarung pun sama banyaknya dengan yg anti sarung.

Tidak ada komentar: