Sebelum tersesat kembali ke habitat semu asli,pesantren,aku pernah
merancang rute pendidikanku menuju perguruan tinggi,tujuannya tak lain
untuk melebarkan pengetahuan dan informasi dunia luar.
Meski sebelum melanjutkan ke pesantren sekarang aku pernah
berkali-kali dibujuk saudara ibuku untuk melanjutkan ke perguruan tinggi
setelah lulus SMA,aku tetap kukuh pada naluri aneh yg membimbingku
kembali ber-thalabul 'ilmi di pesantren.
Kini aku sama sekali tak terbersit sedikit pun untuk mencari gelar
yg ''katanya'' bisa buat segala-galanya kala sudah didapat seusai lulus
kuliah,
Penyebabnya tidaklah minatku yg menciut kepada dunia luar
pesantren yg identik dengan huru-hara dunia plus berita/isu terbaru yg
mudah didapatkan,bukan,sama sekali bukan,aku hanya agak kecewa pada
orang-orang lingkungan kampus yg sok dan tak peduli dengan kebenaran
secuil saja dari orang yg berpendidikan rendah sepertiku.
Dua kali atau mungkin lebih dari berkali-kali aku berdiskusi
ringan dengan mereka dan perlu anda ketahui,aku yang santri ini seolah
teracuhkan serta dianggap belum mumpuni atau bahasa kasarnya tidak level
dg mereka,FB menjadi saksi ''ghaib'' ketidak akuran diriku akan
mereka,kaum intelek lancung.
Komentarku tentang status unik yg mengangkat tema perbedaan pun
ndilalah menjadi lumbung orang-orang yg ikut komen dibawahku,ironinya
mereka tidak mengomentari status,mereka mengomentari komentarku yg
dirasa netral,mak bedunduk malah disangkal entah alasan apa yg mendasari
mereka.
Aku santri,tidak pernah diajari berdebat dan memegang teguh ajaran
islam yg penuh kasih sayang,rahmatan lil 'alamin memilih tidak berdebat
dan menggunakan ajian skak mak ''loe mencari ilmu buat
apa?'',pertanyaan itu adalah awal untuk memberi pelajaran bagi mereka
supaya mau mendengarkan pendapat orang yg secara lahir mungkin
berpendidikan rendah.
Tentu saja pertanyaanku itu bukan untuk mereka jawab,cuma pas lagi
muntub alias emosi pertanyaan itu keluar,paling greget bila yg
mengajak berdebat termasuk manusia berotak batu dan berhati
karang,kadang saat pikiran ini lelah aku hanya membalas "setuju
alhamdulillah,tidak alhamdulillah".
Hah,sebel banget kalau bertemu dengan mereka difacebook ,dunia
maya,maupun didunia nyata,entah sudah berapa kali aku
dikacangin,digoblog-goblogi,walau goblog temenan,orang kalau dikatai
goblok tetap saja akan merasa sakit hati.
Lewat tulisan ini kuutarakan segala keluh-kesahku tentang
mereka,semoga mereka yg jadi generasi penerus bangsa mampu memahami
bangsa yg kelak diambil alih oleh para manusia kampus tadi,memahami
bangsa kita ini adalah bangsa demokrasi yg berpenduduk heterogen,yg
maknanya semoga mereka perlu kaji kembali tanpa melupakan prakteknya.
Maaf buat engkau yg menjadi bagian mereka yg tidak seperti
mereka,karena aku sadar,mereka hanya upil garing dari seluruh mahasiswa
di seantero nusantara,tulisan ini memang bernada emosi dan sulit
diresapi,namun aku yakin mereka yg menjadi bagian mereka yg tidak
seperti mereka pasti sanggup mengenali maksud tulisan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar