Liburan maulid kali
ini berbeda dengan liburan-liburan maulid sebelumnya,selain nominal harinya
yang lebih sedikit,pondok terlihat lebih sepi tentu saja bila dibandingkan
dengan liburan apapun,maulid,sya’ban,maupun lebaran.cuaca yang tak menentu
menambah daftar alasan sepi dipondok,malam sampai malam lagi,air hujan tumpah
terus,seperti danau besar diatas langit yang bocor saja.
Rencana pulang pagi
menggunakan bus nusantara kudus-tegal gagal total,penyebabnya semalaman melek
mentelengi hape dan sepak bola atletico vs barca,awal liburan selalu
menggiurkan untuk dinikmati,kapan lagi?,semuanya jadi dosa bila dilakukan saat pesantren aktif oleh seabrek
kegiatan,larangan dan kewajiban tak bisa dipisahkan,peraturan (yang seharusnya) berjalan tanpa
ampun diatas semua jenis santri pondok.
Aku pulang sehabis
dhuhur,sebetulnya sich menunggu hujan terang,namun tak sawang-sawang ngga
mungkin,menunggu hujan terang sama dengan menunda pulang sampai beberapa jam
kedepan,akhirnya kuterjang rintik air keraguan,antara hujan dan gerimis.
Dari prapatan menara menuju terminal jati kudus menghamparkan pemandangan festival kaum klenteng tepat di sekitar matahari kudus,jalanan macet lumayan lama,antusiasme penonton kulihat tak luntur meski emper jalan licin,terlihat anak-anak hingga yang sudah beranak,aku yang duduk menghadap ke belakang tak sengaja nguping pembicaraan dua orang di belakangku yang bukan lain ialah pak supir angkot ungu jetak dengan seorang wanita baya china,
’’perbedaan tak usah lagi dipermasalahkan,yang terpenting adalah kepatuhan kita pada Tuhan yang kita yakini’’ucap pak supir beruban jarang,aku tercengang,seorang supir angkot bicara tentang perbedaan yang selama ini di Indonesia menjadi problem abadi.
Dari prapatan menara menuju terminal jati kudus menghamparkan pemandangan festival kaum klenteng tepat di sekitar matahari kudus,jalanan macet lumayan lama,antusiasme penonton kulihat tak luntur meski emper jalan licin,terlihat anak-anak hingga yang sudah beranak,aku yang duduk menghadap ke belakang tak sengaja nguping pembicaraan dua orang di belakangku yang bukan lain ialah pak supir angkot ungu jetak dengan seorang wanita baya china,
’’perbedaan tak usah lagi dipermasalahkan,yang terpenting adalah kepatuhan kita pada Tuhan yang kita yakini’’ucap pak supir beruban jarang,aku tercengang,seorang supir angkot bicara tentang perbedaan yang selama ini di Indonesia menjadi problem abadi.
‘’oh ya to ya,wong kita hidup sementara kok’’balas wanita
bermata sipit di sampingnya.
Aku semakin penasaran pada pembicaraan mereka,kudengarkan seksama seraya melirik kanan-kiri,melihat gadis-gadis SMP pulang sekolah
‘’huft,’’aku menghela nafas,
Aku semakin penasaran pada pembicaraan mereka,kudengarkan seksama seraya melirik kanan-kiri,melihat gadis-gadis SMP pulang sekolah
‘’huft,’’aku menghela nafas,
‘’lha iyo,semua agama punya misi sama dalam masalah
kedamaian,buat apa bertengkar’’kata pak supir itu.
Seorang supir dan
ibu bermata sipit itu tak terlihat seperti berpendidikan tinggi namun
membicarakan masalah berating tinggi,apalagi aku mengerti bahwa dua orang di depanku
itu berbeda agama,aku mengerti pembicaraan mereka yang samar,aku mengerti.......
Namun aku tak mengira masih ada liliput yang perkasa,yang dengan gagahnya cuek akan perbedaan.
150114
Namun aku tak mengira masih ada liliput yang perkasa,yang dengan gagahnya cuek akan perbedaan.
150114
Tidak ada komentar:
Posting Komentar