Jumat, 07 Februari 2014

Kebohongan Instan



                                                             
    Ada kaidah tak tertulis yang berbunyi ‘’tidak ada yang instan di dunia ini’’,meski kaidah tersebut ada bukan berarti tanpa kontroversi,dewasa ini kata instan sudah ada dimana-mana baik produk makanan maupun yang produk-produk lainnya.Pertama melihat suatu makanan bertuliskan mie instan kukira makanan itu tanpa perlu diapa-apakan lagi untuk menikmatinya,nyatanya setelah aku beli mie instan aku masih harus membuka bungkus dan memasaknya.
    Mungkin instan artianku berbeda dengan artian sampean-sampean,yang jelas menurutku  instan adalah hasil dari ketiadaa proses berarti,bila mie instan masih melalui proses memasak ya menurutku belum lulus dikatakan instan.
    Hal itu baru kusadari beberapa waktu lalu,kala aku menulis sebuah cerita seorang kawan,tulisanku ternyata masih sangat jelek dan agak ngga enak dibaca,menurutku,sesaat seusai aku menulisnya,aku memutuskan untuk merenggangkan otot otak kiri dengan kawan-kawan di majlis kopi,frustasi memang ada saat aku membacanya kembali,beberapa hari kemudian tulisan yang aku tulis dengan susah payah itu aku edit dan alhamdulillah sekarang sudah jadi.
     Menulis saja butuh proses panjang,banyak fase-fase yang kudu dilewati dari menulis secara tradisional menggunakan pulpen sampai diketikan sambil diedit.
     Instan langsung ‘’ting’’ hanya ada disurga,selebihnya proses mempengaruhi hasil walaupun Cuma sekedar saja,sejarah mencatat proses dan perjuangan ,bukan hasil yang didapatkan, ‘’al-ajru bi qadri ta’ab’’ ,hasil itu tergantung pada tingkat kesulitan proses.
     Konon,pemilik ilmu laduni pun harus membaca terlebih dahulu sebelum dia benar-benar menghafalnya diluar kepala
.

Tidak ada komentar: