Kamis, 01 Januari 2015

Jama'ah Sholat Ala Nabi


Kanjeng Nabi Muhammad mempunyai seorang santri yang paling disayangi, beliau pernah dikirim sebagai delegasi ke Yaman, namanya Mu’adz bin Jabal.
Pada suatu waktu Muadz bin Jabal mengimami sholat Isya. Setelah sholat selesai, para jama’ah demo, lalau sowan (datang) ke Kanjeng Nabi Muhamad SAW lalu mengadu kepada Kanjeng Nabi.
“Santri Anda, Muadz bin Jabal itu bagaimana?”
Nabi menjawab,”Ada apa ini?”
“Tadi Muadz mengimami sholat Isya. Lha wong rokaat awal kok menghatamkan Al-Baqoroh, lalu rokaat kedua itu surat An-Nisa.”
Kanjeng Nabi Muhammad itu pemimpin yang bijaksana, jadi tidak begitu saja menelen laporan tapi ada cek dan ricek.
Muadz bin Jabal dipanggil,”Muadz, apa benar tadi kamu baru mengimami sholat Isya?”
“Iya.”
“Apa benar rekat yang awal kamu menhatamkan Al-Baqoroh?”
“Iya.”
“Apa benar rekat yang awal kamu mengatamkan An-Nisa?”
“Iya.”
“Kamu ini bagaimana, Muadz? Jangan menyebar fitnah. Kamu ini sholat diikuti orang banyak. Ada yang tua, ada yang muda, ada yang ditunggu pekerjaan, macam-macam. Kalau kamu sholat sendirian, menghatamkan Qur’an, silakan. Tapi kalau kamu diikuti orang banyak, kamu harus tahu orang banyak.”
Inilah falsafa kepemimpinan. Nabi Muhammad kalau mengimami, yang muda tidak protes, yang tua tidak protes, yang sehat tidak protes, yang sakit juga tidak protes.
(Petikan Ceramah Gus Mus dalam acara Jauharul Muharrom 1434 H di Ponpes API Teglrejo Magelang)

Tidak ada komentar: