“yang paling besar yang menjadi pemimpin” itu peraturan
hutan saat itu yang sedang berlaku. Semakin besar hewan maka semakin besar pula
kekuasaannya. Maka tak ayal gajah yang memiliki tubuh paling besar menjadi
raja. Gajah sering memerintah anak buahnya dengan menunjuk-nunjuk menggunakan
hidungnya. Mungkin karena itulah hidungnya menjadi panjang.
Dalam hukum seperti itu hewan yang bertubuh kecil sering
menjadi korban, kerbau sering menghajar kambing, kambing mem-bully anjing,
dan anjing akan mencari korban yang lebih kecil lagi dan seterusnya.
“ini sungguh tak adil” kata kucing pada suatu hari kepada
ayam
“maksudmu?” Tanya ayam sambil mengorek-ngorek tanah mencari
sarapan
“kita tak bisa mengukur seekor hewan hanya dari besar tubuhnya”
“trus berdasarkan apa?”
“tentu saja dari kemampuannya, karena ukuran tubuh tak
selalu berbanding lurus dengan kemampuan seekor hewan. Kau lihat babi yang
sering mengganggu kita. Bisa apa dia. Dia tak punya cakar seperti aku. Tak
punya paruh seperti kamu. Kerjanya hanya malas-malasan, hanya karena dia
berbadan lebih besar dari kita dia merasa berhak untuk menghajar kita.”
“lalu kau mau apa?” kata ayam sambil terus mengorek tanah
karena belum juga mendapatkan apa yang dicari.
“aku mau protes kepada raja. Aku akan minta kepada raja
untuk mengganti peraturan”
“tentu beliau tidak akan mau, karena itu sama saja dengan
menyuruhnya turun tahta.”
“aku akan memaksanya” kata kucing
Ayam berhenti mengorek tanah, bukan karena menemukan cacing,
tapi memastikan bahwa temannya masih cukup waras mengatakan akan memaksa raja
hutan.
“kalau kau lakukan itu, kau sama dengan menyetor nyawamu.”
“aku tak peduli’ kata kucing. Maka kucingpun berangkat ke pusat
hutan untuk menemui sang raja.
***
Di tengah perjalanan kucing bertemu dengan kupu-kupu hewan
bijaksana dari dunia serangga. Dan kucing menceritakan semuanya kepada
kupu-kupu
“kalau kau melakukan itu, kau sama saja mengubah seluruh
hutan” kata kupu-kupu
“tentu saja, memang itu tujuanku.”
“kau yang sekarang takkan mampu melaukannya”
“kenapa tidak?”
“lihatlah dirimu, dengan sekali injak saja kau akan mati”
“lalu apa yang harus kulakukan? Diam saja dan berharap akan
ada keajaiban begitu?”
“dengar makhluk kecil” kata kupu-kupu
Aku lebih besar darimu. Batin kucing
“ketika kau ingin merubah dunia” lanjut kupu-kupu
“pertama-tama kau harus mampu merubah dirimu”
“merubah diriku?”
“ya, kau harus bertapa, dan kalau kau mau aku bisa
mengajarimu”
Dan kupu-kupu mengantarkan kucing sampai ke mulut gua.
“kau harus bertapa di dalam gua ini selama 99 hari, tanpa
makan dan minum”
“99 hari? Kalau aku mati bagaimana?”
“kalau kau tak mampu bertahan dalam perjuangan mengubah dirimu
sendiri. Bagaimana kau bisa bertahan dalam perjuangan mengubah hutan?”
Mulailah kucing bertapa di dalam gua. Hingga hari ke-99
kucing menyelesaikan pertapaannya.
Ketika ia keluar dari gua dia melihat bahwa mulut gua
semakin mengecil, bahkan tumbuhan yang ada di depan gua juga mengecil.
Ah mungkin banyak hal terjadi selama aku bertapa,
pikir kucing. Tapi bukan hanya tumbuhan, hewan-hewan ia temui juga semakin
mengecil dan memandang heran kepada kucing. Sampai akhirnya ia menyadari bahwa
bukan tumbuhan atau hewan itu yang mengecil, tapi dialah yang menjadi besar.
Ketika kita telah berubah maka dunia akan tampak berbeda.
***
“aku tak tahu apa yang telah kau lakukan, tapi selamat
untukmu” kata gajah kepada kucing besar-begitu penduduk hutan
menyebutnya- “kau telah berubah menjadi lebih besar dan meningkatkan derajatmu”
“Aku ke sini ingin engkau merubah peraturan yang telah ada karena
seekor hewan tak bisa dinilai berdasarkan ukuran tubuhnya tapi berdasarkan
kemampuannya”
“kau ingin mengatakan bahwa aku tak pantas menjadi raja?”
kata gajah mulai marah
“kau pantas menjadi raja kalau kau memang kemampuanmu
melebihi kami semua”
“hai kucing” kata gajah, kali ini dia benar-benar marah
“tubuhmu memang sedikit lebih besar dari sebelumnya tapi bukan berarti kau bisa
mengaturku, KARENA AKU LEBIH BESAR DIRIMU”
“kalau begitu aku akan mengalahkanmu”
“Silakan, kalau kau memang mampu”
Maka terjadilah duel bersejarah itu. Gajah dengan gading dan
tubuh besarnya. Kucing besar dengan cakar dan taringnya. Berdasarkan kekuatan,
gajah jelas jauh lebih unggul, tapi dari sisi kecepatan, gajah mau tak mau harus
mengakui kelebihan kucing besar. Setiap serangan yang diluncurkan gajah selalu
dapat dihindari oleh kucing besar dan kemudian berbalik menyerang gajah. Apalah
arti serangan yang kuat kalau itu tak mengenai sasaran. Sesekali kucing besar
terkena gading gajah, tapi tentu saja itu tak membuatnya menyerah. Dan sambil
menghindari serangan gajah ia melakukan serangan balik.
Sampai akhirnya dengan penuh luka cakar dan gigitan di
tubuhnya sang gajah menyerah. Dengan kekalahan gajah maka secara resmi kucing
besar menjadi sang raja hutan. Dan sejak saat itu penduduk hutan memanggilnya singa
sang raja hutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar